[fullwidth backgroundcolor="" backgroundimage="" backgroundrepeat="no-repeat" backgroundposition="left top" backgroundattachment="scroll" video_webm="" video_mp4="" video_ogv="" video_preview_image="" overlay_color="" overlay_opacity="0.5" video_mute="yes" video_loop="yes" fade="no" bordersize="0px" bordercolor="" borderstyle="" paddingtop="20px" paddingbottom="20px" paddingleft="0px" paddingright="0px" menu_anchor="" equal_height_columns="no" hundred_percent="no" class="" id=""][one_half last="no" spacing="yes" background_color="" background_image="" background_repeat="no-repeat" background_position="left top" border_size="0px" border_color="" border_style="" padding="" class="" id=""][fusion_lightbox] [/fusion_lightbox][separator style_type="none" top_margin="30" bottom_margin="" sep_color="" icon="" width="" class="" id=""][fusion_text]
Rattan Craft Workshop diadakan pada tanggal 5-10 Agustus 2015 bertempat di Bali Creative Industry Center, Denpasar, Bali.
[/fusion_text][fusion_text] Tujuan Workshop Berdasarkan latar belakang yang telah dijelasakan, maka maksud dari program ini adalah: Kegiatan peningkatan kemampuan SDM akademisi desain melalui workshop desain produk kerajinan berbasis material rotan. Sedangkan tujuan dari workshop rotan ini adalah:Indonesia merupakan penghasil utama rotan di dunia. Sebagai sentra industri rotan terbesar Nasional, Cirebon sekurang-kurangnya telah mengekspor produk rotannya sebesar 80% dari total ekspor kerajinan rotan Indonesia. Hal ini tak akan berhasil tanpa ditopang oleh pengrajin-pengrajin atau UKM-UKM-nya. Namun, sejak pertengahan 1990-an, industri rotan kemudian terus merosot, karena kualitas yang rendah dan desain yang tidak kompetitif. Iklim pengembangan desain yang kurang sehat sempat mencuat di media massa pada tahun 1999 saat jiplak menjiplak desain merupakan hal yang lumrah dalam persaingan bisnis mereka (Sriwarno, 2001). Kondisi bisnis itu diperparah lagi dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/Kep/6/2005, yang membuka kembali kran ekspor rotan mentah. Kebijakan itu dianggap penyebab langkanya bahan baku (Saefullah, 2005). Akibat kebijakan tersebut harga bahan baku naik hingga 50%. Salah satu upaya meningkatkan daya saing itu bisa terwujud bila pasokan bahan baku di dalam negeri dapat terpenuhi dan kemudian diolah menjadi produk jadi dengan desain yang bermutu, terkini dan berorientasi pasar tentunya.
Siklus desain mebel rotan Indonesia relatif memiliki umur yang pendek karena buyers mancanegara memiliki tuntutan kebutuhan yang tinggi menurut gaya hidup di negara mereka masing-masing. Sayangnya hal ini hanya diketahui oleh industri-industri besar saja. Pengrajin / UKM hanya menerima jadi sub-contract dari industri besar. Akibatnya UKM hanya berkembang sebatas mengerjakan order dari industri besar saja, sehingga perkembangan bisnisnya tidak terlalu cepat karena tergantung order. Seharusnya pengrajin tersebut tidak hanya mengerjakan order sub-contract saja melainkan juga menjual produknya sendiri. Namun hal ini tidak memungkinkan mengingat keterbatasan mereka akan pengetahuan tentang kreativitas, desain, product development serta tren pasar.
Melihat permasalah tersebut, dalam kurun waktu 1 dekade ini Pemerintah melalui Pusat Inovasi Rotan (PIRNAS) nya sedang gencar membangun kembali industri rotan melalui penguatan desain produk. Pemerintah bekerjasama dengan perguruan tinggi desain dalam negeri maupun luar negeri membuat inovasi, transfer teknologi,y pelatihan, pameran internasional, klinik desain, hingga kompetisi desain. Khusus tentang program pelatihan, pemerintah juga sudah membuat pelatihan-pelatihan desain produk rotan. Namun berdasarkan pengalaman di lapangan pelatihan yang sudah ada baru berupa pelatihan desain produk mebel, belum ada pelatihan produk selain mebel. Produk selain mebel itu bisa diartikan sebagai produk kerajinan, home decor, aesthetic element, alat jinjing, lighting dan sebagainya.
Sejalan dengan program International Conference on Creative Industry (ICCI) 2015 yang sebagain besar pesertanya pendidik dan peneliti desain dalam negeri maupun luar negeri, sasaran dalam workshop yang diajukan pada proposal ini lebih pada akademisi desain. Nara sumber yang diharapkan adalah Prof Dr Andi Tanra Tellu (Kepala Pirnas), Andar Bagus Sriwarno, Ph.D (peneliti dan pemegang paten teknologi rotan, dosen ITB), Abie Abdillah, S.Ds (Desainer rotan profesional), Dr. Agus Windarto, DEA (peneliti, dosen ITS) dibantu oleh beberapa co-instructor desainer-desainer junior dan pengrajin-pengrajin Bali dan Jawa Timur. Dengan workshop singkat ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa prototype produk yang siap di produksi masal.
[/fusion_text][/one_half][/fullwidth][fullwidth backgroundcolor="" backgroundimage="" backgroundrepeat="no-repeat" backgroundposition="left top" backgroundattachment="scroll" video_webm="" video_mp4="" video_ogv="" video_preview_image="" overlay_color="" overlay_opacity="0.5" video_mute="yes" video_loop="yes" fade="no" bordersize="0px" bordercolor="" borderstyle="" paddingtop="20px" paddingbottom="20px" paddingleft="0px" paddingright="0px" menu_anchor="" equal_height_columns="no" hundred_percent="no" class="" id=""][fusion_text]