Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) Kementerian Perindustrian melalui Bali Creative Industry Center (BCIC) atau sekarang yang disebut dengan Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) terus berupaya mendukung pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) kreatif Indonesia bidang fesyen dan kriya.

Peranan industri kreatif turut mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dilihat dari nilai tambah ekonomi kreatif telah mencapai 55,56% dari target 2024 pada semester I. Nilai tersebut sebesar Rp749,5 triliun dari target 2024 yaitu Rp1.347 triliun. Tak hanya kontribusi melalui nilai tambah, industri ekonomi kreatif memberikan kabar baik dalam nilai ekspor. Dalam periode yang sama di tahun 2023, nilai ekspor industri ekonomi kreatif semester I-2024 naik sebanyak 4,46% menjadi Rp189.509 miliar. Angka ini menunjukkan industri ekonomi kreatif berkontribusi dalam menggerakan roda perekonomian masyarakat.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka, Reni Yanita, di Jakarta (21/08) mengatakan, “Dalam mendorong IKM fesyen dan kriya ke level yang semakin maju, bahkan mencapai pasar internasional, lapisan masyarakat perlu secara kolektif saling membantu, akademisi, praktisi, maupun pelaku industri kreatif sendiri,”.

Komitmen pemerintah dalam mendorong IKM fesyen dan kriya diperkuat dengan kembali menghadirkan Creative Business Incubator (CBI) pada tahun 2024 ini. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas usaha melalui pola pikir wirausaha, tugas lapangan, evaluasi dan business pitching.

Pelaksanaan Creative Business Incubator (CBI) dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama merupakan sesi klasikal (camp) yang dilaksanakan dari Oktober - November 2024, kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid (daring dan luring). Peserta akan mendapatkan materi dari narasumber akademisi hingga praktisi ahli dengan topik utama strategi usaha dan business model canvas. Tak hanya sesi pemaparan dan diskusi, peserta akan mendapatkan tugas lapangan, evaluasi hingga kesempatan melakukan pitching untuk mendapatkan pemahaman yang efektif dan komprehensif.

Reni mengatakan fesyen dan kriya merupakan dua dari tiga sub-sektor yang berkontribusi besar baik dalam nilai tambah ekonomi maupun meningkatnya lapangan pekerjaan untuk masyarakat. “Harapannya melalui program ini (CBI), pelaku IKM fesyen dan kriya semakin baik dan efektif dalam mengelola bisnisnya. Sehingga tidak hanya mensejahterakan diri sendiri, namun juga perekonomian negara dan masyarakat sekitar,”.

Pendaftaran Creative Business Incubator (CBI) telah dibuka sampai dengan tanggal 10 Oktober 2024 mendatang dengan ketentuan peserta merupakan WNI sebagai pelaku usaha fesyen/kriya dengan usia maksimal 35 tahun, memiliki pendidikan minimal D3 semua jurusan dan telah menjalankan bisnis di bidang kriya/fesyen sedikitnya 1 tahun. Calon peserta yang memenuhi kriteria dapat mendaftar melalui tautan https://cbi.bcic-ikm.net/register.

Peserta dapat memilih untuk berpartisipasi secara daring atau luring. Peserta yang memilih partisipasi luring akan menjalani CBI 2024 di Bali Creative Industry Center dan Jakarta. Peserta yang mengikuti secara luring akan mendapatkan fasilitas biaya transport ke Denpasar pulang pergi, penginapan dan akomodasi selama program. Peserta CBI lantas juga menjadi salah satu mitra binaan Kementerian Perindustrian Indonesia. Peserta CBI juga berkesempatan untuk mengikuti berbagai program Ditjen IKMA, salah satunya adalah akses pameran nasional dan internasional serta berkesempatan melakukan business pitching dengan investor dan stakeholder lain.

Peserta yang berhasil melalui tahap satu selanjutnya mendapatkan kesempatan pendampingan (coaching) di tahap kedua yang akan dilaksanakan selama 11 bulan pada tahun 2025 mendatang. Pada tahap ini peserta akan didampingi secara intens oleh mentor-mentor ahli untuk memperluas bisnis dengan kemampuan untuk menetapkan tujuan bisnis, membuat rencana untuk mencapai tujuan tersebut, dan menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi.

Program ini mendapat sambutan baik dari masyarakat. Peserta yang mengikuti Creative Business Incubator juga mengakui bisnisnya semakin berkembang dengan keikutsertaannya dalam program ini. Afidha Fajar, founder Eboni Watch salah satu peserta CBI 2018 mengatakan pemahamannya terkait berbisnis meningkat, ia juga memahami lebih baik cara untuk scaling up bisnis. Bahkan, tambahnya, omset bisnisnya meningkat sebanyak lima kali lipat dan telah meningkatkan empat kali lipat kapasitas produksi.

Sementara itu, menurut Ni Made Dwi Agam, founder Aum Apparel yang juga salah satu peserta CBI 2019 mengatakan program ini sangat membantunya dalam manajemen produksi dan manajemen keuangan. “Materi yang diberikan sangat padat dan relevan. Berkat mengikuti program tersebut kami berhasil meningkatkan kapasitas produksi 5x lipat di tahun 2023 dengan omset meningkat sampai 100% kapasitas produksi,” ungkap Ni Made Dwi Agam.

Pengalaman lain datang dari Tita Sabrina, Co-Founder Robries Gallery salah satu peserta CBI 2019. Menurutnya meski pembelajaran dan pendampingannya tidak memakan waktu lama, namun dampak yang diberikan sangat bermanfaat untuk bisnisnya. “Saya banyak mendapatkan pembelajaran seputar Strategi bersaing, Manajemen SDM, Manajemen Produksi dan Manajemen keuangan, selain itu kita juga diberikan kesempatan untuk bisnis pitching secara langsung di hadapan investor semua hal itu saya dapatkan selama 2 bulan saja. Setelah itu saya juga mengikuti pendampingan selama 1 tahun di tahun berikutnya untuk scaling up bisnis saya,” ujarnya.

Tak hanya CBI, BCIC juga memiliki dua program pengembangan IKM kreatif fesyen dan kriya lainnya. Salah satunya adalah Design Lab, yaitu program pengembangan sentra IKM kreatif berbasis pengembangan desain produk. Kemudian ada juga Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA), program kompetisi desain yang memiliki visi keberlanjutan (sustainability).

Demikian siaran pers ini untuk disebarluaskan.

powel

Admin

Author