Jelang pelaksanaan Inkubator Bisnis Kreatif (CBI) 2024, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) Kementerian Perindustrian melalui Bali Creative Industry Center (BCIC) atau sekarang yang disebut dengan Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) berhasil menggelar sosialisasi di tiga daerah; Bandung, Palembang, dan Nusa Tenggara Barat.
Lebih jauh tentang Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK/BCIC) selama kurun waktu 2015 – 2023 telah menjalankan tiga kegiatan utama yaitu Inkubator Bisnis Kreatif, Kompetisi Desain Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA), dan Design Lab. Inkubator Bisnis Kreatif sendiri merupakan program pembelajaran dan pendampingan untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas bisnis (Naik Kelas).
Sosialisasi ini tidak hanya untuk mengenalkan Creative Business Incubator (CBI) saja, namun juga menjaring pelaku kreatif dari berbagai belahan nusantara. Lebih dari 50 peserta yang berasal dari mahasiswa/i, akademisi, praktisi, dan pelaku IKM sangat antusias dalam mengikuti serangkaian kegiatan yang ada.
CBI yang ditujukan untuk pelaku fesyen dan kriya ini harapannya bisa terus mendorong industri kreatif semakin berkembang. Terlebih lagi subsektor fesyen dan kriya menjadi salah satu subsektor yang mengalami tren positif di Indonesia.
“Melalui acara Sosialisasi Creative Business Incubator ini, saya berharap kita dapat lebih memahami peluang dan tantangan yang ada di depan. Mari bersama-sama, kita jadikan industri fesyen dan kriya di Indonesia sebagai kekuatan ekonomi kreatif yang mampu bersaing di pasar global, tanpa melupakan identitas dan warisan budaya kita,” ujar Ari Fadil Nasution, ST, M.Sc, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Industri Pangan Olahan dan Kemasan melalui sambutannya dalam membuka acara sosialisasi CBI di Bandung.
Perekonomian di Jawa Barat pada tahun 2024 hingga triwulan kedua tumbuh sebesar 4,95% (yoy). Industri fesyen di Jawa Barat tumbuh rata-rata sebesar 5% per tahun dengan fokus pada produk fesyen berbasis kearifan lokal, seperti batik, tenun, dan produk-produk fesyen muslim yang kini telah merambah pasar nasional dan internasional. Potensi inilah yang menjadi semangat untuk terus meningkatkan kemampuan dan kapasitas bisnis.
Namun, di tengah pertumbuhan dan potensi tersebut juga dihadapkan berbagai tantangan termasuk persaingan global, perubahan tren konsumen, dan adopsi teknologi. Di era digital saat ini, transformasi digital menjadi keharusan. Teknologi seperti e-commerce, pemasaran digital, hingga penggunaan desain berbasis kecerdasan buatan menjadi aspek yang tak bisa diabaikan untuk mempertahankan daya saing produk-produk lokal. Melalui program ini, pelaku kreatif di Indonesia didorong untuk memiliki kualitas agar bersaing di pasar global.
Di sisi lain, sosialisasi yang digelar di Palembang mendapat antusias dari khalayak umum dengan dihadiri lebih dari 50 peserta. Menurut data dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Palembang, pada 2022 tercatat 80.627 pelaku usaha yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dan tersebar di berbagai kecamatan. Hal ini membuktikan bahwa Sumatera Selatan merupakan provinsi yang kaya akan produk industri kreatif salah satunya pada industri fesyen dan kriya.
“Saya berharap semua para pelaku usaha terus semangat dan dapat terus bersaing di era digitalisasi dengan inovasi dan kreatifitas dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara ini terutama Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) Kementerian Perindustrian melalui Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) beserta jajaran yang terus berupaya mendukung pelaku Industri Kecil dan Menengah Provinsi Sumatera Selatan,” ujar Drs. Hj. Neng Muhaibah, MM selaku Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Sumatera Selatan.
Nusa Tenggara Barat menjadi daerah yang juga diajak oleh BCIC/BPIFK untuk mengenal CBI lebih dalam, dengan dihadiri lebih dari 60 peserta dari kalangan akademisi hingga pekerja kreatif. Dengan kekayaan alam dan budaya, NTB memiliki potensi yang besar dalam pengembangan ekonomi kreatif. Sebagai daerah yang kaya destinasi wisata alam, NTB memiliki potensi dan budaya yang beragam dalam mengembangkan sektor ekonomi kreatif.
“Saya berharap Creative Business Incubator (CBI) pada tahun ini melahirkan IKM yang berbakat serta terbuka akan kemajuan teknologi untuk pengembangan IKM kreatif fesyen dan kriya dalam memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah dengan sebaik-baiknya,” ujar Kepala Dinas perindustrian Provinsi NTB Nuryanti, SE., ME
Pelaku kreatif yang tertarik untuk level-up bisnis serta memenuhi syarat bisa mendaftarkan dirinya dalam program Creative Business Incubator (CBI) melalui tautan https://cbi.bcic-ikm.net/register. Syarat yang perlu dipenuhi oleh peserta yakni, merupakan WNI sebagai pelaku usaha fesyen/kriya dengan usia maksimal 35 tahun, memiliki pendidikan minimal D3 semua jurusan dan telah menjalankan bisnis di bidang kriya/fesyen sedikitnya 1 tahun.